Skip to content
PPM Social Community
Search for:

Search result

  • Groups
  • Members
  • Forums 
    • What’s New
    • Most popular topics
  • Meeting
  • News & Blog
  • Dokumen
PPM Social Community
Menu Close
  • Groups
  • Members
  • Forums 
    • What’s New
    • Most popular topics
  • Meeting
  • News & Blog
  • Dokumen

Signin

Lost your password?

Not Registered? Sign up

Recover Password

Already registered? Signin

New Signup

Already registered? Signin

Mantan Pemimpin Taiwan Ma Ying-jeou akan Kunjungi China

ppmcommunity March 21, 2023 0 Comments

Mantan presiden Taiwan Ma Ying-jeou akan mengunjungi China pekan depan. Juru bicaranya mengatakan kunjungan itu merupakan upaya untuk meredakan ketegangan antara pulau berpemerintahan sendiri itu dan China daratan.

Ma memimpin dalam periode hubungan yang hangat dengan Beijing, tetapi ia meninggalkan jabatannya dalam keadaan bermasalah setelah sebuah kesepakatan perdagangan dengan China daratan gagal disetujui di tengah-tengah protes terbesar di pulau itu sejak 1990-an.

Kunjungan yang direncanakan Ma itu berlangsung ketika Tentara Pembebasan Rakyat China mengirimkan jet-jet tempur ke Taiwan hampir setiap hari, dan sewaktu komunikasi resmi antara kedua pemerintah putus. Pemerintah yang berkuasa di China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari teritori nasional mereka, tetapi pemerintah yang berkuasa sekarang ini di Taipei mengatakan Taiwan telah menjadi negara berdaulat yang bukan bagian dari China.

Ma, anggota Partai Nasionalis (Kuomintang) yang beroposisi, akan memimpin delegasi yang terdiri dari akademisi dan mahasiswa serta sejumlah mantan staf kepresidenannya mulai 27 Maret hingga 7 April, kata kantornya hari Minggu.

Ma Ying-jeou, kiri, dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan di Hotel Shangri-la pada 7 November 2015, di Singapura. (Foto: AP)

Ma Ying-jeou, kiri, dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan di Hotel Shangri-la pada 7 November 2015, di Singapura. (Foto: AP)

Kantor Presiden Tsai Ing-wen mengatakan Ma telah memberitahu kantor itu mengenai rencananya pada hari Senin (20/3) dan bahwa mereka “berharap Ma, dalam perannya sebagai mantan kepala negara … dapat menunjukkan nilai demokrasi dan kebebasan Taiwan serta posisi kesetaraan dan martabat dalam pertukaran lintas-Selat.”

Ma akan mengunjungi Nanjing, Wuhan dan Changsha, serta beberapa kota lain, kata Hsiao Hsu-tsen, direktur Ma Ying-jeou Foundation hari Senin, dalam konferensi pers di Taipei.

Hsiao juga mengumumkan bahwa Ma akan membawa mahasiswa dari Taiwan untuk bertemu dengan mahasiswa dari Fudan University di Shanghai dan Hunan University di Changsha.

“Sementara kedua sisi Selat telah memasuki situasi beku ini dalam beberapa tahun terakhir, ia sangat yakin bahwa mengizinkan orang-orang muda melakukan pertukaran akan membantu mengurangi ketegangan,” kata Hsiao, merujuk pada mantan presiden itu. “Menurut saya, tak peduli berapa pun banyaknya senjata yang kita beli, ini tidak akan sebaik membiarkan orang-orang muda dari kedua pihak untuk saling memahami dan memperdalam pertukaran mereka.” Ma tidak akan ke Beijing, ibu kota China, kata Hsiao.

Lawatan ini juga dikonfirmasi oleh Kantor Urusan Taiwan China.

Selama Ma menjabat, Taiwan dan China meningkatkan kontak. Ma merundingkan sebuah perjanjian perdagangan dengan Beijing pada tahun 2010 dan turis China pun berbondong-bondong ke Taiwan.

Ketika kedua pihak saling membuka perbatasan untuk pihak lain, kekhawatiran berkembang bahwa Taiwan tak terelakkan lagi masuk ke orbit Beijing, dan akhirnya memicu protes nasional terkait usulan perjanjian perdagangan dengan Beijing pada tahun 2014. Protes itu, yang dikenal sebagai Gerakan Bunga Matahari, memicu rapat umum yang menarik lebih dari 200 ribu pengunjuk rasa dan pendudukan Parlemen Taiwan oleh mahasiswa selama 24 hari.

Ma bertemu Presiden China Xi Jinping di Singapura pada tahun 2015, sewaktu ia masih menjabat presiden. Pertemuan itu adalah yang pertama antara pemimpin kedua pihak sejak Taiwan memisahkan diri dari China daratan pada tahun 1949 selama perang saudara di China. Tetapi pertemuan ini dianggap lebih bersifat simbolis dan tidak substantif.

Pada tahun 2016, Partai Progresif Demokratik yang mendukung kemerdekaan menang dalam pemilihan nasional dan Beijing memutuskan kontak dengan pemerintah Taiwan, dengan alasan Tsai menolak untuk mendukung pemikiran bahwa Taiwan dan China adalah satu negara. [uh/ab]

Source link

Post navigation

Previous Previous post: prev-postKejahatan Perang Dilakukan dalam Konflik Ethiopia
Next Next post: next-post4 Menko Jokowi Buka Suara di SPBE Summit

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

Latest Post

June 3, 2023

Faksi Kremlin Sedang Menghancurkan Negara Rusia
Read more

June 3, 2023

Presiden sapa masyarakat di kawasan Malioboro Yogyakarta
Read more

June 3, 2023

Pengamat: AD/ART Demokrat Bukan Produk Perundangan, Harusnya MA Tolak PK Moeldoko
Read more

June 3, 2023

Kejagung Siap Ladeni Praperadilan Penetapan Tersangka Johnny G Plate
Read more

June 3, 2023

RPA Perindo Beri Apresiasi Wee Can Draw, Komunitas Seni Ilustrasi Asal Bandung
Read more

June 3, 2023

Kesaksian para perempuan yang merasa malu dan sakit karena memiliki payudara besar
Read more

June 3, 2023

Bantu Ekonomi Keluarga, Ibu-ibu di Kampung Pasarkolot Diajarkan Cara Membuat Bakso Aci
Read more

June 3, 2023

Sejumlah media sosial digugat karena rusak mental pelajar di Maryland
Read more

June 3, 2023

Ribuan Massa Pendukung Jokowi, Deklarasi Dukung Ganjar Pranowo Hari Ini
Read more

June 3, 2023

Libur Panjang, Jasamarga Sebut Lalu Lintas Menuju Puncak Meningkat 13,23 Persen
Read more

Copyright © 2023 PPM Social Community – Powered by metafans.

  • MembersMembers
  • GroupsGroups
  • ForumsForums
  • MeetingMeeting
  • News & BlogNews & Blog